Jumat, 20 September 2013

Kasus Kebakaran pada Tahun 2013


Jumlah peristiwa kebakaran di DKI Jakarta sepanjang 2013, diperkirakan menurun dibandingkan tahun lalu.
Berdasarkan data Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Damkar PB) DKI Jakarta, jumlah kebakaran sejak Januari hingga pertengahan Agustus, mencapai 509 kasus.
Sedangkan kebakaran sepanjang 2012 mencapai 1.093 kali. Kepala Dinas Damkar PB DKI Subejo mengatakan, kemungkinan besar kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan dan menggunakan peralatan listrik yang berkualitas, sudah meningkat.
“Kami memerkirakan jumlah kebakaran tahun ini akan lebih rendah, karena ini sudah Agustus, dan jumlahnya baru setengah dari kasus tahun lalu,” ujarnya, Senin (19/8/2013).
Subejo menuturkan, kasus kebakaran masih didominasi Jakarta Barat, dengan jumlah 134 kasus, disusul Jakarta Selatan (118), Jakarta Timur(102), Jakarta Utara (83), Jakarta Pusat (69), dan Pulau Seribu (1).
Kepala Bidang Operasional Dinas Damkar PB DKI Irwan menambahkan, dari semua kasus kebakaran sepanjang tahun ini, jumlah korban jiwa sudah mencapai 18 orang.
Sedangkan korban luka-luka 31 orang, dan petugas pemadam yang luka sebanyak tiga orang.
”Dominasi penyebab masih berupa korsleting listrik. Kami sudah sosialisasi terus kepada masyarakat, untuk menggunakan peralatan listrik yang berkualitas. Jadi, tugas kami bukan hanya memadamkan api,” tuturnya.  
Menyusul korsleting listrik, kebakaran terbanyak disebabkan kompor, rokok, lampu, dan lainnya seperti mobil terbakar.
“Selama Ramadan dan Lebaran saja, total kejadian sebanyak 88 kali, menurun dibandingkan tahun lalu yang mencapai 141 kali selama Ramadan,” jelas Irwan.


Kamis, 19 September 2013

Banjir Jakarta 2013, Tumpukan Masalah Ibu Kota

Warga Jakarta menghadapi musibah besar tatkala banjir melanda seluruh wilayah Kota Jakarta pada Kamis (17/1), dan melumpuhkan segala akses.
Tak hanya layaknya banjir empat hari terakhir yang dialami oleh beberapa titik, wilayah yang memiliki daya dukung lingkungan lemah, banjir satu ini terbilang hampir merata. Kawasan Bundaran HI di jantung Jakarta serta Istana Negara pun tidak luput dari kepungan banjir. Dalam sekejap, status Jakarta darurat banjir diberlakukan hingga sepuluh hari ke depan.
Hujan turun sejak malam hari beranjak subuh, dengan intensitas yang tinggi disertai petir. Peringatan dini mulai disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada pukul 08.00 WIB.
Namun cuaca ekstrem tidak bisa terus disalahkan, menurut sejumlah pakar di beberapa bidang, banjir Jakarta merupakan gabungan dari faktor cuaca ekstrem dan lebih-lebih, faktor kompleksitas Jakarta.
Secara geografis, Jakarta adalah kota yang berada di delta dan rentan terhadap banjir. Ahli hidrologi di Pusat Studi Bencana UGM Yogyakarta Sudibyakto, menjelaskan, banjir meningkat baik frekuensi maupun intensitasnya oleh karena kerusakan lingkungan kian parah.
"Kapasitas tampung Sungai Ciliwung sudah terlampaui, akibat pendangkalan dan adanya penambahan intensitas air permukaan. Sumbangan air limpasan dari sistem jalan tol juga sangat signifikan. Koefisien aliran di jalan tol mendekati 90 persen," kata Sudibyakto.
Arsitek dan urban planner Marco Kusumawijaya dari Rujak Center for Urban Studies (RCUS), mengetengahkan bahwa permasalahan aliran air di permukaan terus bertambah karena tanah tidak mampu lagi meresapkan air.
"Kami usulkan pendekatan lestari, yaitu perbaikan lahan di hulu dan hilir, supaya menyerap air lebih banyak. Ketimbang memilih pendekatan infrastruktur dengan membuat saluran dan kanal," ujarnya.

Kapasitas masyarakat

Di samping itu, aspek budaya masyarakat menjadi satu pekerjaan rumah lagi yang perlu dibenahi.
banjir,jakartaBanjir menggenangi kawasan Bundaran HI, Jakarta, Kamis (17/1). Para pekerja di sekitar lokasi terpaksa dievakuasi menggunakan perahu karet. (Gloria Samantha/NGI).
Hery Harjono, Direktur Asia Pasific Center for Ecohydrology (APCE)—perwakilan lembaga untuk UNESCO yang dibiayai pemerintah di bawah LIPI, yang secara terpisah dijumpaiNational Geographic pada sebuah kesempatan di Jakarta pada awal minggu ini, menyatakan, "Pembangunan kapasitas masyarakat di segala lapisan haruslah ditingkatkan untuk mengurangi risiko bencana banjir."
Hery mengingatkan, persepsi masyarakat dalam menanggapi bencana kerap menjadi hambatan di lapangan. Contoh, banyak masyarakat tidak mau mengevakuasi diri bila bencana sudah terjadi, apalagi pindah dari huniannya yang rata-rata rawan banjir tersebut. Kalau saja pembangunan kapasitas masyarakat tidak mendukung, maka segala skenario penanggulangan bencana akan percuma.
Ia juga berpendapat teknologi dan pengetahuan mampu mengatasi banjir Jakarta, meski tidak mudah dalam jangka waktu pendek. "Sekarang masalahnya sudah menumpuk jadi satu. Tapi saya yakin bisa direhabilitasi, diselesaikan, dengan upaya tinggi melalui edukasi yang baik, kebijakan pengelolaan sumber daya air yang baik."
Masyarakat Jakarta serta-merta diimbau menuju kepada masyarakat tangguh bencana, yang antisipatif dan adaptif menghadapi bencana. Terutama banjir yang terus berulang di saat puncak hujan sampai setumpuk masalah dapat diatasi.
Data yang dihimpun BPBD menunjukkan titik banjir dan situasi terkini.

Di kawasan Jakarta Timur, banjir terjadi di dua titik, yakni Kelurahan Kampung Melayu dan Kelurahan Bidara Cina. Di Kampung Melayu, ketinggian air mencapai 30-100 sentimeter. Banjir di wilayah itu menggenangi wilayah 7 Rukun Warga, 53 Rukun Tetangga, berimbas kepada 2.979 Kepala Keluarga dan 7.728 jiwa. Di wilayah ini sudah tak ada pengungsi karena penduduk sudah mulai kembali ke rumah masing-masing. Situasi berbeda terjadi di wilayah Bidara Cina Jakarta Timur yang sudah mulai surut.

Di kawasan Jakarta Selatan, terdapat lima titik banjir. Di Kelurahan Ulujami, ketinggian air mencapai 50-100 cm yang berdampak pada 10 Rukun Waga, 28 Rukun Tetangga, 709 kepala keluarga dan 2.931 Jiwa. Sejak malam hari, jumlah pengungsi 400 jiwa namun sebagian sudah kembali ke rumah.

Di Kelurahan Pondok Pinang, tepatnya di Jalan Kampung Baru Blok C ketinggian air mencapai 20-100 centimeter. Genangan banjirnya berdampak pada 3 Rukun Warga, 4 Rukun Tetangga, 159 Kepala Keluarga dan 597 jiwa. Sementara itu, di Kelurahan Pondok Labu ketinggian air hanya 30-50 centimeter yang berdampak pada RT 09/RW 03 kelurahan setempat. Kondisi banjir rendah juga terjadi di Jalan Lembah Cireunde, Lebak Bulus yakni setinggi 10-30 centimeter. Selanjutnya di Kelurahan Bintaro banjir setinggi 20-50 meter menggenangi wilayah 7 Rukun Warga, 20 Rukun Tetangga, 660 Kepala Keluarga, 2.873 jiwa. Di Bintaro, pengungsi sudah pulang ke rumah masing-masing.

Di kawasan Jakarta Barat, banjir yang kemarin terjadi di dua wilayah yakni Kelurahan Kebon Jeruk dan Kelurahan Kedoya Selatan sudah surut. “Kami sudah berkoordinasi dengan beberapa instansi terkait untuk penanganan banjir” imbuh Ery Basworo terkait penanganan banjir Jakarta.

Penyebab Banjir di Jakarta :

1. Sistem Drainase yang buruk


Sistem drainase yang telah dibagun saat ini memang sangat minim, menurut pengakuan pihak terkait, sistem drainase yang ada hanya mampu mengalirkan 30% banjir yang ada. Berarti selebihnya 70% berada di permukaan dan menjadi banjir. Kalo kita tengok di luar negeri, Jepang sudah membuat gorong-gorong berukuran raksasa yang fungsinya mngalihkan air supaya tidak menggenang di permukaan tetapi masuk ke dalam tanah, sementara itu di Jakarta hanya membuat gorong-gorong berukuran 1m, jelas bukan tandingannya.

Quote:2. Alih Fungsi Lahan




Betonisasi terjadi dimana-mana, baik di hulu maupun di hilir. Di hulu pemukiman berupa vila, resort, sampai hotel menjamur. Bogor, Bandung dan daerah sekitarnya yang seharusnya menjadi daerah tangkapan dan resapan air kini berubah manjadi daerah pemukiman yang padat. Semakin sedikit daerah yang menjadi resapan air semakin banyak juga yang menjadi limpasan dan masuk ke sungai. Debit sungai yang membludak jelas tidak akan mampu ditampung dan akhirnya membuat banjir didaerah hilir yaitu Jakarta dan sekitarnya.
Tapi bukan hanya banjir dari daerah hulu, tapi juga hujan di Jakarta sendiri sudah tidak bisa lagi ditampung akibat ketiadaannya daerah resapan air. Padahal seharusnya terdapat minimal 30% dari total wilayah Jakarta, namun baru yang terealisasikan hanya kurang dari 10%.

Quote:3. Curah Hujan Tinggi


Curah hujan yang tinggi dan durasi yang panjang juga menciptakan debit air yang besar. Dengan perubahan iklim yang mencolok dibeberapa dekade terakhir menciptakan curah hujan yang ekstrim yang belum pernah diprediksi sebelumnya sehingga drainase yang dirancang sebelumnya berdasarkan curah hujan yang tidak ekstrim tidak mampu menampung debit air ekstrim.

Quote:4. Penurunan Permukaan Tanah


Pengambilan air tanah secara massif luar biasa mengakibatkan terjadinya proses konsolidasi tanah terjadi lebih cepat. Turunnya tanah akibat dari fungsi air sebagai pengisi tanah telah hilang. Hasil dari penurunan tanah 5-10cm ini menimbulkan cekungan dan membuat permukaan air laut lebih tinggi daripada permukaan tanah. Sehingga air lebih mudah menggenang meskipun hujan yang terjadi tidak besar.

Quote:5. Sampah dan Sedimentasi di sungai


Bisa dilihat dari kebiasaan buruk warga Indonesia yaitu membuang sampah pada tempatnya, tapi tempatnya adalah Sungai, selokan, got, kali sampai tanah kosong. Dan apa yang terjadi bisa ditebak, memperparah drainase yang memang sudah buruk, sudah drainase nya tidak mampu menampung ditambah sampah yang menyumbat.

Ditambah dengan kenyataan tingginya angka sedimentasi membuat daya tampung sungai menurun drastis.

Kerugian akibat banjir sudah tidak lagi bisa lagi dikalkulasikan dengan uang, karena memang berdampak sangat besar dan sangat luas. Oleh karena itu permasalahan banjir bukan lah persoalan Pemerintah saja semata-mata, tetapi permasalahan kita semua, agar kita sama-sama berjuang menghadapi dan menanggulangi banjir.

Langkah-langkah mengatasi banjir di kota:
  • Membuat lubang-lubang serapan air
Berkurangnya lahan resapan air dan penggunaan air tanah yang sangat berlebihan menyebabkan turunnya permukaan air tanah. Hal ini berakibat pada semakin sulitnya untuk mendapatkan air yang berkualitas. Kondisi ini diperparah dengan semakin tergusurnya keberadaan pepohonan oleh bangunan-bangunan sehingga daya serap tanah terhadap air semakin berkurang.
  • Memperbanyak ruang terbuka hijau
Ruang terbuka hijau yang ideal adalah 30 % dari luas wilayah. Hampir disemua kota besar di Indonesia, ruang terbuka hijau saat ini baru mencapai 10% dari luas kota. Padahal ruang terbuka hijau sangat diperlukan untuk kesehatan , arena bermain, olah raga  dan komunikasi publik. Pembinaan ruang terbuka hijau harus mengikuti struktur nasional atau daerah dengan standar-standar yang ada.
  • Mengubah perilaku masyarakat agar tidak lagi menjadikan sungai sebagai tempat sampah raksasa
Partisipasi seluruh elemen masyarakat harus dilakukan secara terorganisasi dan terkoordinasi agar dapat terlaksana secara efektif. Sebuah organisasi masyarakat sebaiknya dibentuk untuk mengambil tindakan-tindakan awal dan mengatur peran serta masyarakat dalam penanggulangan banjir . Penanggulangan banjir dilakukan secara bertahap, dari pencegahan sebelum banjirpenanganan saat banjir , dan pemulihan setelah banjir. Tahapan tersebut berada dalam suatu siklus kegiatan penanggulangan banjir yang berkesinambungan, Kegiatan penanggulangan banjir mengikuti suatu siklus (life cycle), yang dimulai dari banjir, kemudian mengkajinya sebagai masukan untuk pencegahan sebelum bencana banjir terjadi kembali. Pencegahan dilakukan secara menyeluruh, berupa kegiatan fisik seperti pembangunan pengendali banjir di wilayah sungai sampai wilayah dataran banjir dan kegiatan non-fisik seperti pengelolaan tata guna lahan sampai sistem peringatan dini bencana banjir.
Itulah langkah-langkah mengatasi banjir di kota yang di ambil dari beberapa sumber, semoga bermanfaat.
Cara mencegah banjir  – Tips mencegah banjir, Masalah yang di hadapi Negara kita setiap datangnya musim hujan adalah banjir. Setiap musim hujan datang, banyak kota yang berada di dataran rendah akan terkena banjir. Misalnya di jakarta, hujan 1 jam saja bisa menjadi penyebab banjir . Jika demikian, kondisi jalanan  akan sangat tidak kondusif. Meskipun pemerintah sudah mencari cara menanggulangi banjir , setiap tahun banjir masih saja senang berkunjung di kota rawan banjir. Bila ingin mencari cara menanggulangi banjir, yang harus kita lihat terlebih dahulu adalah mengapa banjir bisa datang. Banjir bisa terjadi sebenarnya karena ulah manusia sendiri. Contohnya di kota besar sungai yang sebenarnya berfungsi untuk menampung air di jadikan untuk menampung sampah, disekitar sungai tersebut bahkan dijadikan pemukiman.
Tips mencegah banjir:
  • Menyediakan sistem perparitan
Cara menghadapi bencana banjir yang pertama adalah menyediakan parit atau sungai kecil. Parit yang telah dangkal akibat dari bahan-bahan sisa harus selalu dibersihkan. Dengan ini air limpahan dan hujan dapat dialirkan dengan baik.
  • Pengerukan sungai
Sungai yang dangkal bisa menyebabkan bencana banjir. Jika sebelumnya sungai mampu mengalirkan sejumlah air yang banyak dalam kurun waktu tertentu, kini pengaliran telah berkurang. Ini disebabkan proses pemendapan dan pembuangan bahan-bahan buangan. Langkah untuk menangani masalah ini adalah dengan menjalankan proses pendalaman sungai dengan mengorek semua lumpur dan kekotoran yang terdapat di sungai. Bila proses ini dilakukan, sungai bukan saja menjadi dalam tetapi mampu mengalirkan jumlah air hujan dengan banyak.
  • Pemeliharaan hutan
Langkah mengatasi banjir yang selanjutnya adalah memelihara hutan. Pembalakan hutan menyebabkan tanah terhakis dan runtuh ke sungai. Keadaan yang sama juga terjadi bila aktivitas pembalakan yang giat dilakukan di lereng-lereng bukit. Karena itu pemeliharaan hutan merupakan cara yang baik untuk mengatasi masalah banjir. Hutan dapat dijadikan kawasan tadahan yang mampu menyerap air hujan dari mengalir terus ke bumi.
  • Mengontrol aktivitas manusia
Banjir kilat yang terjadi terutama di kota disebabkan pembuangan sampah dan sisa industri ke sungai dan parit. Untuk menangani masalah banjir, kesadaran kepada masyarakat perlu diungkapkan agar kegiatan negatif tidak terus dilakukan seperti mengadakan kampanye mencintai sungai dan sebagainya.
Itulah beberapa tips mencegah banjir dan cara menanggulangi banjir, semoga bermanfaat untuk anda.
Berikut ini cara simpel dalam penanggulangan banjir:
  • Memfungsikan sungai dan selokan sebagaimana mestinya. Sungai dan selokan adalah tempat aliran air, jangan sampai fungsinya berubah menjadi tempat sampah.

  • Larangan untuk membuat rumah di dekat sungai. Biasanya, yang mendirikan rumah di dekat sungai adalah para pendatang yang datang ke kota besar hanya dengan modal nekat. Akibatnya, keberadaan mereka bukannya membantu peningkatan perekonomian. Malah sebaliknya merusak lingkungan. Itu sebabnya, pemerintah seharusnya tegas melarang membuat rumah di dekat sungai dan melarang orang yang dengan tujuan tidak jelas datang ke kota dalam jangka waktu lama /untuk menetap.

  • Menanam pohon ( penghijauan )dan jangan menebangi pohon pohon yang ada.Pohon adalah salah satu penompang kehidupan di suatu kota. Bayangkan saja jika ibukota Jakarta tanpa penghijauan.. thuink..thuink.. pasti capek dech... :)). Selain untuk penghijauan penanaman pohon berfungsi juga untuk penanggulangan banjir dan pemroduksi oksigen.
Cara mencegah banjir  - Banjir tentu menjadi sesuatu yang pasti tidak kita hindari. Saat ini intensitas hujan di Indonesia, sudah mulai meningkat, dan prediksi BMG, intensitas hujan akan tinggi pada bulan Januari. Setiap orang yang rumahnya langganan terkena banjir buru-buru membereskan rumah untuk menghadapi hujan yang semakin sering, bahkan tiap hari. Apalagi kalau, banyak atap yang bolong-bolong alias bocor sehingga air hujan pun masuk ketika hujan turun deras. Di bawah ini adalah cara mencegah banjir yang harus anda coba agar terhindar dari banjir.